Model Waterfall dalam SDLC
Model Waterfall dalam SDLC
Dalam dunia pengembangan perangkat lunak (Software Development), model waterfall (model air terjun) adalah salah satu pendekatan yang paling tua dan terstruktur dalam Software Development Life Cycle (SDLC). Model ini memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk mengelola proyek pengembangan perangkat lunak dengan langkah-langkah yang saling terkait. Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam apa itu model waterfall, sejarahnya, tahapannya, kapan sebaiknya digunakan, serta kelebihan dan kelemahannya.
Apa itu Model Waterfall dalam SDLC?
Model waterfall adalah sebuah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang mengadopsi pendekatan linear dan sekuensial. Dianalogikan seperti air terjun, dalam model ini, pengembangan perangkat lunak dilakukan secara berurutan, di mana setiap tahapan dimulai setelah tahap sebelumnya selesai sepenuhnya. Model waterfall meliputi beberapa tahapan utama, seperti analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, pengujian, instalasi, dan pemeliharaan. Setelah satu tahap selesai, tidak ada revisi yang dilakukan pada tahap tersebut.
Sejarah Model Waterfall
Model waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Winston W. Royce dalam makalahnya yang berjudul “Managing the Development of Large Software Systems” pada tahun 1970. Meskipun model ini kemudian dikritik karena kurangnya fleksibilitas, namun model waterfall tetap menjadi landasan bagi pengembangan perangkat lunak di masa itu. Model ini berkembang seiring dengan kebutuhan akan pendekatan terstruktur dalam pengembangan perangkat lunak.
Selain itu, ada kontribusi penting lainnya dalam pengembangan model waterfall. Pada tahun 1956, Herbert D. Benington menerbitkan makalah yang berjudul “Production of Large Computer Programs,” yang juga menjadi pijakan awal bagi model sekuensial dalam pengembangan perangkat lunak.
Dalam makalah tersebut, Benington mengusulkan pendekatan yang menggambarkan pengembangan perangkat lunak sebagai serangkaian tahapan yang berurutan. Meskipun model yang diusulkan Benington tidak diberi label “waterfall” seperti yang dilakukan oleh Royce, konsep sekuensialitas dan hubungan antar-tahapan yang dijelaskan oleh Benington menjadi dasar bagi pengembangan lebih lanjut dalam model waterfall.
Dengan demikian, sejarah model waterfall melibatkan kontribusi dari Dr. Winston W. Royce dalam makalahnya pada tahun 1970 dan Herbert D. Benington dalam makalahnya pada tahun 1956. Royce membawa model ini ke perhatian publik secara lebih luas melalui penjelasannya dalam makalahnya, sementara Benington memberikan dasar konseptual bagi pendekatan sekuensial dalam pengembangan perangkat lunak.
Tahapan Model Waterfall
Model waterfall terdiri dari beberapa tahapan yang harus diikuti secara berurutan. Berikut adalah penjelasan mengenai tahap-tahap dalam model waterfall:
- Analisis Kebutuhan (Requirements Analysis): Pada tahap ini, kebutuhan pengguna dan kebutuhan bisnis diidentifikasi dan dianalisis. Tujuannya adalah untuk memahami tujuan proyek dan menentukan kebutuhan fungsional dan non-fungsional yang harus dipenuhi oleh perangkat lunak yang akan dikembangkan.
- Perancangan (Design): Setelah kebutuhan dikumpulkan, perancangan perangkat lunak dilakukan. Tahap ini mencakup perancangan arsitektur sistem, perancangan rinci modul-modul perangkat lunak, dan merencanakan struktur data yang akan digunakan.
- Implementasi (Implementation): Tahap ini melibatkan implementasi kode sumber berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Program-program dan modul-modul perangkat lunak dikembangkan dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
- Pengujian (Testing): Pada tahap ini, perangkat lunak yang dikembangkan diuji secara menyeluruh untuk memastikan bahwa berfungsi sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengujian ini meliputi pengujian fungsional, pengujian kesalahan, pengujian performa, dan pengujian keamanan.
- Instalasi (Installation): Setelah perangkat lunak melewati tahap pengujian, tahap instalasi dilakukan. Perangkat lunak yang telah selesai dikembangkan diinstal di lingkungan produksi atau di tempat yang ditentukan. Proses instalasi melibatkan konfigurasi sistem, migrasi data, dan implementasi perangkat lunak ke dalam lingkungan operasional yang sebenarnya.
- Pemeliharaan (Maintenance): Tahap pemeliharaan merupakan tahap berkelanjutan dalam Model Waterfall. Setelah perangkat lunak diterapkan dan beroperasi, perawatan dan pemeliharaan dilakukan untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Hal ini melibatkan perbaikan kesalahan (bug fixing), peningkatan fitur, dan perubahan lainnya sesuai kebutuhan.
Kapan Menggunakan Model Waterfall?
Model waterfall lebih cocok digunakan dalam situasi berikut:
- Kebutuhan yang jelas: Model waterfall efektif ketika kebutuhan proyek telah diketahui dengan jelas dan tidak mungkin berubah secara signifikan selama pengembangan. Jika kebutuhan cenderung stabil dan tidak rentan terhadap perubahan, maka model ini dapat digunakan.
- Lingkungan yang stabil: Jika lingkungan pengembangan perangkat lunak stabil dan tidak ada perubahan yang signifikan yang mungkin terjadi selama proses pengembangan, model waterfall dapat diterapkan. Model ini cocok ketika perubahan teknologi, kebijakan, atau persyaratan bisnis tidak terjadi secara tiba-tiba.
- Proyek kecil dan sederhana: Model waterfall lebih cocok untuk proyek yang relatif kecil dan sederhana, di mana risiko dan kompleksitasnya rendah. Jika proyek tidak melibatkan banyak pemangku kepentingan dan tidak memerlukan tingkat fleksibilitas yang tinggi, model ini dapat digunakan dengan efektif.
Kelebihan Model Waterfall
Model waterfall memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
- Struktur yang terdefinisi dengan baik: Tahap-tahap yang berurutan dalam model waterfall memberikan kerangka kerja yang terstruktur, memungkinkan tim untuk mengatur pekerjaan dengan baik.
- Dokumentasi yang kuat: Setiap tahap dalam model waterfallmenghasilkan dokumen dan artefak yang baik, seperti dokumen kebutuhan, rancangan, dan spesifikasi. Hal ini memudahkan dalam pemeliharaan dan perbaikan di masa depan.
- Pengendalian yang ketat: Model waterfallmemungkinkan pengendalian yang ketat terhadap jadwal dan anggaran proyek. Karena setiap tahap harus selesai sebelum tahap berikutnya dimulai, maka tim dapat dengan jelas mengukur kemajuan proyek.
Kelemahan Model Waterfall
Model waterfall juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
- Ketidakmampuan menangani perubahan: Karena sifatnya yang sekuensial dan linear, model waterfallsulit menangani perubahan kebutuhan yang mungkin terjadi selama proses pengembangan. Jika terdapat perubahan yang signifikan, akan sulit dan mahal untuk melakukan revisi pada tahap-tahap yang sudah selesai.
- Kurangnya fleksibilitas: Model waterfall memiliki sedikit fleksibilitas dalam mengakomodasi perubahan dan iterasi. Jika terdapat kebutuhan baru atau umpan balik yang memerlukan perubahan desain atau perubahan pada fase-fase sebelumnya, model waterfall mungkin tidak bisa dengan mudah menyesuaikan perubahan tersebut.
- Rendahnya umpan balik awal: Dalam model waterfall, umpan balik dari pengguna atau pemangku kepentingan umumnya diberikan setelah tahap implementasi atau pengujian. Hal ini bisa mengakibatkan penemuan masalah atau kebutuhan baru yang signifikan pada tahap yang sudah lewat, yang dapat menyebabkan biaya tinggi untuk perbaikan.
- Risiko pengiriman yang tinggi: Dalam model waterfall, perangkat lunak baru diuji secara menyeluruh hanya pada tahap pengujian. Jika terdapat masalah yang signifikan yang terungkap pada tahap pengujian, maka proses pengembangan perangkat lunak mungkin harus dimulai dari awal atau kembali ke tahap sebelumnya, yang mengakibatkan penundaan dan peningkatan biaya.
- Kurangnya keterlibatan pengguna: Model waterfall cenderung melibatkan pengguna atau pemangku kepentingan pada tahap awal (analisis kebutuhan), namun keterlibatannya berkurang pada tahap-tahap selanjutnya. Hal ini dapat mengakibatkan hasil akhir yang tidak memenuhi harapan atau kebutuhan pengguna karena kurangnya umpan balik dan iterasi dengan pengguna selama proses pengembangan.
Model waterfall adalah pendekatan yang sekuensial dan linear dalam pengembangan perangkat lunak. Meskipun memiliki kelebihan dalam struktur yang terdefinisi dengan baik, dokumentasi yang kuat, dan pengendalian yang ketat, model ini memiliki kelemahan dalam ketidakmampuan menangani perubahan, kurangnya fleksibilitas, rendahnya umpan balik awal, risiko pengiriman yang tinggi, dan kurangnya keterlibatan pengguna. Oleh karena itu, model waterfall lebih cocok digunakan dalam proyek dengan kebutuhan yang stabil, lingkungan yang stabil, dan tingkat risiko dan kompleksitas yang rendah. Untuk proyek yang lebih kompleks dan rentan terhadap perubahan, pendekatan agile atau model SDLC lainnya mungkin lebih sesuai.
Jika Anda tertarik untuk mendalami lebih lanjut metode-metode yang digunakan dalam SDLC atau mengasah keterampilan analisis dan desain sistem, berikut ini adalah training yang kami tawarkan =>
System Analyst and Design
Referensi
Lutkevich, B. (n.d.). Waterfall model. https://www.techtarget.com/searchsoftwarequality/definition/waterfall-model
SDLC waterfall model.
SDLC – waterfall model. (n.d). https://www.tutorialspoint.com/sdlc/sdlc_waterfall_model.htm